Selasa, 12 April 2011

Pengembangan Koleksi

Inisiasi 1
Kebijakan Pengembangan Koleksi


Para mahasiswa peserta tutorial online matakuliah Pengembangan Koleksi, pada tutorial 1 ini kita akan membicarakan materi tentang kebijakan pengembangan koleksi.


Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi ledakan informasi, karena banyaknya bahan pustaka yang diterbitkan. Oleh karena itu tidak ada satu perpustakaan pun yang dapat memiliki semua bahan pustaka yang dibutuhkan penggunanya. Untuk itu perpustakaan harus menentukan bahan pustaka yang tepat yang paling banyak dibutuhkan oleh penggunanya, supaya pemanfaatan koleksi perpustakaan menjadi optimum. Sementara itu perlu diingat bahwa dana yang tersedia jumlahnya sangat terbatas, disamping itu ketersediaannya kadang-kadang tidak berkesinambungan, maka penggunaan dana harus dilakukan sebaik-baiknya. Dengan demikian sangat diperlukan kebijakan tertulis yang dapat digunakan sebagai pedoman pengembangan koleksi.



Kebijakan Pengembangan Koleksi adalah suatu kebijakan dan perencanaan dokumen yang diperlukan perpustakaan agar dapat memberikan informasi yang sesuai dengan tugas yang diemban organisasi induknya. Yang juga termasuk dalam kebijakan pengembangan koleksi adalah: 

1) Kebijakan Seleksi yang terdiri dari prosedur tertulis mengenai seleksi,  alat-alat seleksi yang akan digunakan dan metode yang harus diikuti dalam menentukan materi atau bahan pustaka yang akan dibeli.

2) Kebijakan Pengadaan yang berisikan prosedur-prosedur yang harus dilakukan untuk memperoleh bahan pustaka.



Perlu diketahui dan diingat bahwa sebuah kebijakan adalah sebuah rencana. Sebuah kebijakan pengembangan koleksi, bila disiapkan dengan baik pada kenyataannya adalah rencana induk perpustakaan untuk membangun dan memelihara koleksinya. Koleksi itu merupakan salah satu unsur utama dalam pelayanan perpustakaan, sehingga mutu koleksi akan sangat berpengaruh terhadap mutu pelayanan perpustakaan. Untuk menjadikan perencanaan yang baik, kebijakan pengembangan koleksi haruslah merefleksikan dan menghubungkannya dengan rencana-rencana lain, terutama rencana jangka panjang dan strategis. 



Pengembangan koleksi adalah proses menghasilkan kepastian bahwa perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan informasi dari populasi yang dilayaninya dalam cara yang tepat waktu dan ekonomis, menggunakan sumber daya informasi yang diproduksi di dalam maupun luar organisasi. Pengembangan koleksi yang efektif membutuhkan penciptaan sebuah rencana untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan koleksi dan memelihara kekuatan-kekuatannya. Sebuah kebijakan pengembangan koleksi adalah pernyataan tertulis dari rencana itu, yang memberikan rincian-rincian untuk pedoman staf perpustakaan. Jadi, sebuah pernyataan kebijakan adalah sebuah dokumen yang mewakili sebuah rencana  kerja dan informasi yang digunakan untuk membimbing cara berpikir staf dan pengambilan keputusan. Tegasnya, staf perpustakaan berkonsultasi dengan kebijakan pengembangan koleksi ketika mempertimbangkan subjek mana yang ditambah dan memutuskan seberapa banyak penekanan diberikan terhadap masing-masing subjek. Pada waktu yang sama, kebijakan itu seharusnya merupakan sebuah mekanisme untuk berkomunikasi dengan populasi yang dilayani perpustakaan, sebaik terhadap mereka yang memberikan dana kepada perpustakaan.



Apakah Anda punya pendapat atau pengalaman yang berkaitan dengan uraian di atas? Silahkan tulis dan kirim melalui halaman forum 1 sehingga dapat kita diskusikan bersama. Kami tunggu tanggapan Anda ! 

Inisiasi 2
Prinsip Seleksi  Bahan Pustaka
Hallo para mahasiswa...,Apakah inisiasi 1 sudah Anda baca? Tuton ini akan semakin seru bila Anda juga melempar komentar, pendapat atau pengalaman Anda sehingga bisa menjadi topik untuk ditanggapi oleh mahasiswa lain. Bagi Anda yang belum aktif dalam forum 1.., ayo silahkan ikut meramaikan diskusi pada forum 2 sehingga Anda dapat saling berbagi informasi dan bertukar wawasan yang akan bermanfaat bagi kita semua. Selamat belajar dan terus maju !!!
Berikut Saya sampaikan inisiasi 2 dengan topik Prinsip Seleksi  Bahan Pustaka

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu sebab terjadinya ledakan informasi, sehingga jumlah publikasi yang terbit dari waktu ke waktu tidak terhitung lagi jumlahnya. Disamping itu biaya produksi penerbitan bahan pustaka semakin tinggi, otomatis harga bahan pustaka juga makin meningkat. Oleh karena itu perlu dilakukan seleksi, agar dengan dana yang terbatas bisa diperoleh bahan pustaka yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna secara optimum.
Seleksi atau pemilihan menurut ALA Glossary of Library Terms adalah suatu proses pengambilan keputusan dalam mengidentifikasi sumber informasi yang disesuaikan dengan kebutuhan pemakai perpustakaan. Prinsip dalam pelaksanaan seleksi bahan pustaka dimaksudkan agar:
a)  Memperoleh dan menyediakan bahan pustaka yang diperlukan dalam menunjang sistem yang ada di lembaganya.
a) Memperoleh dan menyediakan bahan pustaka yang diinginkan oleh pengguna.
b) Memperoleh dan menyediakan bahan pustaka yang berisi bahan hiburan dan rekreasi.
c) Mengawetkan bahan pustaka penting yang menggambarkan perkembangan lembaga induknya, seperti laporan tahunan, data resmi, termasuk publikasi lembaga tersebut.
Ada beberapa pandangan dalam membangun suatu koleksi perpustakaan, yaitu:
1. Pandangan tradisional
Kelompok ini mengutamakan nilai intrinsik bahan pustaka, karena memandang perpustakaan sebagai tempat untuk melestarikan warisan budaya dan sarana mencerdaskan masyarakat. Bahan pustaka yang dinilai tidak bermutu tidak akan dipilih.
2. Pandangan liberal
Kelompok ini mengutamakan popularitas, dalam hal ini bahan pustaka tersebut diutamakan yang disukai dan banyak dibaca. Masalah mutu kalah penting dari popularitas, sehingga kelompok ini selalu mengikuti selera masyarakat.
3. Pandangan pluralistik
Kelompok ini mencoba untuk mencari keseimbangan antara pandangan tradisional dengan liberal.

Pada saat melakukan seleksi terdapat beberapa kriteria khusus yang perlu dipertimbangkan :
a) Judul disesuaikan dengan program lembaga yang ada
b) Judul disesuaikan dengan tingkatan pengguna
c) Pengarang sudah sangat terkenal di bidangnya (ahli/pakar)
d) Isi buku harus tahan lama, berbobot dan tidak cepat berubah
e) Penerbit cukup dikenal pada bidangnya
f) Tahun dan edisi terbaru
g) Harga buku cukup pantas
Pada umumnya perpustakaan memilih bahan pustaka yang baik sesuai dengan kebutuhan pemakainya. Walaupun ada pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan seleksi sesuai dengan jenis perpustakaan, kadang-kadang pustakawan harus proaktif melakukan seleksi awal dalam rangka membuat daftar bahan pustaka yang akan  diseleksi oleh pihak yang berwenang. Dengan adanya daftar tersebut pihak-pihak yang berwenang akan dipermudah untuk melaksanakan seleksi. Untuk itu personal yang bertanggung jawab melakukan seleksi awal perlu memahami pedoman dasar berikut ini:
1. Mengetahui berbagai jenis bahan pustaka yang ada di pasaran
2. Memahami tujuan dan fungsi perpustakaan tempat ia bekerja
3. Mengenal kebutuhan masyarakat yang dilayani
4. Mengenal prinsip-prinsip seleksi
5. Mengenal dan mampu menggunakan alat-alat bantu seleksi
6. Memahami berbagai kendala yang ada.

Inisiasi 3
Alat Bantu Seleksi Bahan Pustaka

Hallo para mahasiswa..,berikut saya sampaikan materi inisiasi 3 mengenai alat bantu seleksi, silahkan didiskusikan ya..

Untuk melakukan seleksi bahan pustaka pustakawan perlu mengenal dan mampu menggunakan alat bantu seleksi. Alat bantu seleksi dimaksudkan untuk :
a) memudahkan pemilihan bahan pustaka yang diperlukan
b) sebagai alat verifikasi dan identifikasi, yaitu sebagai acuan untuk mengetahui data bibliografi yang benar dan lengkap, seperti pengarang, judul, ISBN/ISSN, masih tersedia di pasaran atau tidak.
Ada berbagai jenis alat bantu yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu serta kelebihan dan kelemahannya. Secara garis besar alat bantu seleksi dapat dibagi atas dua kelompok:
1. Alat bantu seleksi
Yaitu alat bantu yang dapat membantu pustakawan untuk memutuskan apakah sebuah atau sekelompok bahan pustaka akan diseleksi, karena informasi yang diberikan dalam alat tersebut tidak terbatas pada data bibliografi, tetapi juga mencakup keterangan bahan pustaka tersebut dan keterangan lain yang diperlukan untuk mengambil keputusan. Informasi ini bisa diberikan dalam bentuk anotasi singkat saja, bisa berupa tinjauan (review) dengan panjang yang bervariasi.
Contoh alat bantu seleksi antara lain:
- majalah tinjauan buku/bahan pustaka lain                 
- daftar judul untuk jenis perpustakaan tertentu (core list), subjek tertentu atau kelompok tertentu.                                 
-    Indeks, misalnya Book Review Digest, Book Review Index, dan sebagainya.

2. Alat identifikasi dan verifikasi                         
Yaitu alat bantu seleksi yang hanya mencantumkan data bibliografi bahan pustaka (kadang-kadang dengan harganya). Alat seperti ini dipakai, untuk mengetahui judul yang telah terbit atau yang akan diterbitkan dalam bidang tertentu, dari pengarang atau penerbit tertentu, di negara tertentu atau dalam kurun waktu tertentu. Alat bantu ini dipakai untuk melakukan verifikasi, apakah judul atau nama pengarang tepat, berapa harganya, terbitan berseri atau bahan pandang dengar, masih ada di pasaran atau tidak, dan sebagainya.
Contoh alat identifikasi dan verifikasi adalah :
- katalog penerbit
- berbagai jenis bibliografi, misalnya bibliografi nasional, Books in Print
- katalog perpustakaan untuk mengetahui keberadaan bahan pustaka untuk subjek atau media tertentu.

Alat bantu seleksi yang sangat berperan dalam proses seleksi adalah tinjauan buku, hal ini disebabkan:                                     
1. Pustakawan tidak mungkin melihat sendiri semua judul baru untuk dievaluasi.
2. Jumlah buku dan bahan pustaka lain yang terbit setiap tahun terlalu banyak untuk dibaca dan dievaluasi.                               
3. Perpustakaan jarang yang mempunyai spesialis subjek dalam semua bidang subjek yang diwakili dalam koleksinya. Lewat tinjauan buku perpustakaan memperoleh penilaian dari pakar subjek.

Alat bantu seleksi juga perlu dievaluasi untuk menilai apakah cocok bila dipakai di tipe perpustakaan tertentu. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menilai alat bantu seleksi adalah:
1. Tujuan
- Apa tujuan alat bantu tersebut?
- Bantuan apa yang dapat diharapkan dari alat tersebut?
- Untuk siapa?
- Apakah informasi yang diberikan sesuai dengan tujuan?
- Apakah sesuai dengan kebutuhan kita?
2. Cakupan
- Apakah bahan pustaka dan subjek yang terdaftar sesuai dengan kebutuhan?
- Apakah cakupannya komprehensif?
- Berapa tinjauan yang dimuat tiap minggu, bulan, atau tahun?
3. Kecepatan
- Apakah daftar atau tinjauan buku terbit sebelum atau sesudah buku tersebut diterbitkan dan beredar
  di pasaran?
- Kalau sesudah, berapa lama? Berapa frekuensi terbitnya?
4.  Penulis tinjauan
    - Siapa yang menulis tinjauan?
    - Bagaimana kualifikasinya?
5.  Isi tinjauan
    Ada bermacam-macam jenis tinjauan yaitu:
    - hanya deskripsi isi atau ulasan yang kritis tetapi objektif.
    - membandingkan dengan karya lain yang serupa atau edisi sebelumnya.
    - memberi rekomendasi untuk tipe perpustakaan atau kelompok tertentu.
6.  Data bibliografi
    Data bibliografi apa yang diberikan dan cukup lengkapkah?
7.  Penyajian
    - Apakah jelas dan memudahkan pemakaian?
    - Ada berapa pendekatan?
    - Ada berapa macam indeks?
    - Apakah urutan informasi dalam tiap entri seragam?
8.  Kegunaan
    -  Dapat dipakai untuk apa? sebagai alat seleksi atau verifikasi, atau sumber rujukan?
    -  Dapat dipakai oleh siapa? Bagian rujukan, pengadaan, pengembangan koleksi, atau pemakai
        perpustakaan?
9.  Format fisik
    -  Apakah penjilidannya kuat?
    -  Apakah hurufnya tidak terlalu kecil?
    -  Bagaimana kualitas kertasnya?
10. Harga
      - Apakah harganya sebanding dengan isi dan kegunaannya?
      - Apakah ada alat serupa yang lebih murah?


Anda punya pendapat, komentar atau pengalaman seputar materi di atas ? Silahkan tulis pada forum 3 yang disediakan agar bisa kita diskusikan bersama. saya tunggu tanggapan Anda !!


Inisiasi 4
Kajian Pengguna Perpustakaan

Hallo para mahasiswa...,kali ini kita sudah sampai pada inisiasi ke 4. Berikut saya sampaikan materinya dan harap dibaca dan didiskusikan ya..

Untuk lebih meyakinkan tentang bahan pustaka apa yang dibutuhkan serta layanan apa yang diinginkan oleh masyarakat yang akan dilayani dalam lingkungan perpustakaan, perlu adanya suatu analisis terhadap masyarakat yang akan dilayani  tersebut. Dengan mengetahui kebutuhannya, maka kebijakan pengembangan koleksi yang akan dibuat semakin akurat, sesuai dengan tujuan setiap perpustakaan yaitu dapat menyediakan bahan pustaka yang tepat untuk pengguna yang tepat, dan dalam waktu yang tepat. Dalam rangka melakukan kajian tentang kebutuhan informasi pengguna perpustakaan tersebut perlu  ditentukan beberapa hal, seperti:
1) Siapa yang akan melakukan pengumpulan data?
2) Informasi apakah yang diinginkan oleh perpustakaan?
3) Bagaimana metodenya untuk menghasilkan informasi yang diinginkan?
4) Bagaimana memanfaatkan data itu?
Kajian pengguna ini bermanfaat sekali tetapi memakan waktu dan biaya yang besar. Untuk itu perlu perencanaan yang matang. Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam melaksanakan kajian adalah mengetahui data apa yang dibutuhkan oleh perpustakaan, langkah kedua adalah mengetahui bagaimana data itu diperoleh, dan langkah ketiga adalah bagaimana menganalisis data tersebut?

Setiap jenis perpustakaan melayani kelompok-kelompok pengguna dengan ciri-ciri tertentu, sehingga diperlukan perencanaan yang matang, jasa-jasa apa yang sesuai dengan kebutuhan pemakai tersebut. Perencanaan tersebut akan berhasil jika didasarkan atas pengetahuan yang cukup mendalam mengenai masyarakat yang harus dilayani.

Layanan-layanan perpustakaan, seperti juga koleksinya, haruslah didasarkan pada pengertian pada komunitas yang dilayani dan informasi yang diinginkan serta dibutuhkan. Pengetahuan akan komunitas yang dilayani adalah kunci untuk pengembangan koleksi yang efektif, yang akibatnya adalah juga pelayanan yang efektif. Sebenarnya tidak mungkin, dan juga tidak perlu, mengumpulkan informasi tentang semua aspek kehidupan dari pelanggan yang dilayani. Namun demikian, semakin banyak pustakawan pengembangan koleksi tahu tentang peran pekerjaan pelanggan, minat umum, pendidikan, perilaku informasi dan komunikasi, serta nilai-nilai dan karakteristik yang berkaitan dengan pelanggan, semakin mungkin bahwa koleksi perpustakaan mampu memberikan informasi yang diinginkan pada saat populasi yang dilayani membutuhkannya. Pada dasarnya kajian komunitas dapat dibagi dalam empat jenis pendekatan, yaitu:
1) pemberi informasi kunci
2) forum komunitas
3) indikator sosial
4) survei lapangan
Keempat pendekatan itu mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Perpustakaan bisa menggunakan semua pendekatan tersebut, baik secara tunggal maupun dikombinasikan, tergantung pada kebutuhan ataupun keadaan di lapangan. Namun, metodologi yang dikombinasikan merupakan pendekatan yang baik, karena dapat memastikan akan diperoleh data yang tidak bias. Pertanyaan paling penting yang diajukan setelah pelaksanaan kajian kebutuhan pengguna adalah: Apakah tujuan pelayanan perpustakaan yang sekarang ini sudah sesuai dengan tingkatan kebutuhan komunitas? Bila jawabannya belum, maka pastikan akan ada perubahan secara terencana.

Inisiasi 5
Terbitan berseri (dalam bahasa Inggris: serials) adalah istilah untuk setiap publikasi yang diterbitkan bagian demi bagian, tidak diterbitkan sekaligus, dengan memberikan tanda secara numerik atau kronologis, dan biasanya diterbitkan untuk masa waktu yang tidak tentu. Jadi suatu publikasi dapat digolongkan ke dalam jenis terbitan berseri bila diterbitkan secara berurutan, yang dinyatakan dengan volume, nomor atau bulan, serta tahun. Terbitan berseri diharapkan akan terbit terus dalam jangka waktu yang tidak ditentukan.

Ada empat jenis utama terbitan berseri. Yang pertama adalah terbitan berkala dan surat kabar. Yang dimaksud dengan terbitan berkala adalah publikasi yang diterbitkan berkesinambungan dan diedarkan kepada publik setiap periode waktu tertentu. Terbitan berkala bisa diterbitkan setiap minggu (weekly), setiap bulan (monthly), dua bulan sekali (bimonthly), tiga bulan sekali (quarterly), setahun dua kali (semi annually), atau setahun sekali (annually).  Dikenal beberapa macam terbitan berkala, yaitu: Majalah (magazine), Warta (newsletter), Buletin, dan Jurnal (journal)
Surat kabar merupakan terbitan berkala yang diterbitkan setiap hari, isinya tidak dibatasi pada satu subjek tertentu, dan berisikan informasi atau berita mutakhir. Tujuan diterbitkannya surat kabar adalah untuk menyebarluaskan berita secara cepat dan tepat. Oleh karena itu surat kabar diterbitkan secara harian.

Jenis terbitan berseri yang kedua adalah publikasi yang diterbitkan secara berkelanjutan, atau berseri, tetapi tidak diterbitkan menurut kala waktu tertentu. Publikasi ini bisa berbentuk buku. Contoh buku berseri, misal judulnya:  "Dasar-dasar matematika" dengan judul serinya adalah "Seri Matematika untuk Universitas." Beberapa waktu kemudian, bisa beberapa bulan atau beberapa tahun, keluar lagi buku lain dari "Seri Matematika untuk Universitas" dengan judul buku yang berbeda. Demikian seterusnya, bisa saja diterbitkan buku seri fisika yang terdiri dari beberapa judul buku, dan sebagainya

Jenis terbitan berseri yang ketiga merupakan terbitan berupa bagian-bagian yang benar-benar terpisah, hanya untuk menyatakan urutan publikasi yang pernah diterbitkan dari badan/lembaga/instansi tertentu. Bisa juga sebuah instansi mempunyai beberapa proyek besar, dan setiap proyek menghasilkan publikasi. Untuk membedakan kelompok publikasi dari proyek tertentu dan untuk mengetahui banyaknya publikasi dari masing-masing proyek, maka setiap dikeluarkan laporan dari suatu proyek, publikasi tersebut diberi nomor urut dengan berbagai nomor kode proyek.    Beberapa dokumen yang dikeluarkan badan pemerintah mengambil bentuk seperti ini

Jenis terbitan yang keempat  adalah prosiding (dalam bahasa Inggris: proceeding) dan buku tahunan, yang dikeluarkan mungkin tahunan atau berkelanjutan, atau mungkin diterbitkan sebagai terbitan berseri yang dikeluarkan secara tidak berkala atau tidak tentu (irregular). Prosiding merupakan publikasi yang berisi materi yang disampaikan pada sebuah pertemuan baik yang berbentuk seminar, kongres, lokakarya, simposium, dan sebagainya. Isinya terdiri dari berbagai pidato yang disampaikan dan makalah-makalah, serta topik-topik yang didiskusikan dalam pertemuan itu



INISIASI 6
Bahan Pustaka Nonbuku

Pada awalnya dahulu perhatian perpustakaan lebih banyak dicurahkan pada bahan pustaka tercetak seperti buku dan terbitan berseri.  Adanya perkembangan teknologi di bidang media informasi, merupakan suatu tantangan bagi pustakawan untuk sanggup menangani bahan nonbuku.  Pustakawan wajib menerima tanggung jawab ini, karena mereka harus memikirkan pula hasil imajinasi, intelektual, dan semangat serta gagasan  manusia dalam berbagai bentuk, baik cetak maupun noncetak.

Penggunaan bahan nonbuku pada jaman dahulu hanya sebagai alat bantu pendidikan, tetapi sekarang tidak hanya sebagai alat bantu melainkan juga merupakan sarana kebutuhan individual yang mendasar.  Sebagai contoh penggunaan bahan nonbuku di sekolah dasar antara lain berupa alat peraga dalam pelajaran, misalnya penggunaan bola dunia untuk pelajaran ilmu bumi.  Di sekolah lanjutan menggunakan rekaman suara, video, atau penggunaan laboratorium bahasa. 

Di era digital dan virtual saat ini telah berkembang pula bahan pustaka dalam bentuk digital yang dikenal dengan e-books (electronic books), e-journals, yang sudah ditawarkan oleh beberapa provider maupun penerbit seperti OCLC (On-Line Computer Library Center), Elsevier, dan Oxford University Press, bahkan sebagian besar penerbit jurnal asing menawarkan jurnal on-line. 

Untuk itu perpustakaan perlu mendukung dengan cara melengkapi koleksinya dengan bahan nonbuku dalam segala bentuk dan jumlah yang cukup memadai.  Penyediaan bahan nonbuku memerlukan berbagai pendekatan yang berbeda dari penyediaan bahan pustaka tercetak yang konvensional.  Setiap media baik film, slide, video ataupun bahan lainnya memerlukan perlakuan yang berbeda.  Penyediaan bahan tersebut harus dipertimbangkan secara mendalam, dan disesuaikan  dengan kebutuhan pengguna.  Hal ini akan berhubungan dengan jenis perpustakaan, misalnya perpustakaan umum akan lebih banyak memerlukan jenis bahan pustaka gambar, peta, dan rekaman suara, sedangkan perpustakaan perguruan tinggi  lebih membutuhkan bahan pustaka digital seperti CD-ROM, selid dan sebagainya.

Di Indonesia bahan nonbuku belum dimanfaatkan secara maksimal.  Ada yang menganggap bahwa bahan nonbuku terutama bahan pandang dengar adalah sarana hiburan semata.  Hal ini merupakan suatu tantangan bagi pustakawan dalam menyediakan informasi dalam berbagai bentuk, karena tugas perpustakaan adalah memberikan informasi yang tepat, dalam waktu yang cepat kepada pengguna yang memerlukannya.  Pemanfaatan bahan nonbuku di beberapa perpustakaan di Indonesia, diantaranya adalah:
1) Perpustakaan Nasional, telah mengoleksi dokumen dalam bentuk mikro.  Tujuan awalnya adalah
untuk melestarikan dokumen yang hampir rusak.  Koleksi yang dimiliki Perpustakaan Nasional terdiri dari mikrofilm dan mikrofis, dan sebagai alat bantu bacanya disediakan microreader
2) PDII-LIPI (Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia),
memiliki koleksi bentuk mikro yang mencakup tesis, disertasi dan majalah Indonesia.Selain itu dengan adanya perkembangan teknologi sudah banyak perpustakaan yang mengoleksi bahan pustaka dalam bentuk elektronik seperti CD-ROM, ataupun jurnal elektronik.
3) Perpustakaan Perguruan Tinggi dan Perpustakaan khusus, saat ini telah banyak menyediakan
bahan pustaka dalam bentuk digital seperti CD-ROM, e-book, e-journal, yang dikenal dengan e-collections, dan pada umumnya telah menyediakan layanan internet.
4) Perpustakaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, telah melakukan pengembangan
koleksi disertasi dalam bentuk mikro mengenai bahasa dan sastra.  Disamping itu tersedia pula sejumlah bahan pandang dengar yang berupa pita-pita rekaman yang berisi informasi tulisan-tulisan ataupun buku-buku referensi beserta perlengkapannya.

Anda punya tanggapan, pendapat, komentar atau pengalaman yang berkaitan dengan materi di atas ?  Silahkan tulis pada forum 6 yang disediakan sehingga dapat kita diskusikan bersama. 
Saya tunggu tanggapan Anda.


Salam
Djaka W





INISIASI 7


Stock Opname

Stock opname secara harfiah merupakan suatu kegiatan penghitungan kembali koleksi bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan.  Secara lebih rinci, dari kegiatan ini dapat diketahui jumlah bahan pustaka menurut golongan ilmunya, dapat diketahuinya buku-buku yang hilang, dapat diperolehnya susunan buku yang rapih, juga diketahuinya kondisi fisik buku, apakah ada yang rusak / tidak lengkap.
Kegiatan ini sifatnya menyeluruh, dalam arti selain menyangkut fisik buku juga jajaran kartu katalognya, atau pun sarana temu kembali lainnya.  Dengan demikian diperlukan waktu yang cukup lama, agar tujuan di atas dapat dipenuhi.  Sebelum melakukan kegiatan stock opname, perlu dipertimbangkan dahulu apakah pelayanan kepada pengguna tetap diadakan dan kapan waktu yang tepat untuk melakukan stock opname, agar tidak mengganggu pelayanan yang disediakan oleh perpustakan kepada penggunanya.

Kegiatan stock opname bertujuan untuk:
1) Mengetahui dengan tepat profil koleksi perpustakaan
2) Mengetahui jumlah dokumen menurut klasifikasi dengan tepat
3) Menyediakan jajaran katalog yang tersusun rapi, yang mencerminkan kondisi dokumen.
4) Mengetahui dengan tepat dokumen yang tidak ada katalognya
5) Mengetahui dengan tepat dokumen yang dinyatakan hilang
6) Mengetahui dengan tepat kondisi dokumen, apakah dalam keadaan rusak atau tidak lengkap.

Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk melakukan stock opname, yaitu:
1) Menggunakan daftar pengadaan
2) Menggunakan daftar/registrasi yang berisi nomor induk
3) Menggunakan lembar lepas berisi nomor induk
4) Menggunakan kartu uji
5) Menghitung dokumen
6) Berdasarkan sampel / contoh
7) Dengan bantuan komputer
8) Shelf list


Anda punya pendapat, tanggapan, komentar, atau pengalaman yang berkaitan dengan materi di atas ? Silahkan tulis dan diskusikan pada forum 7 yang tersedia.


Pada sesi ini saya juga memberikan tugas yang harus Anda kerjakan. Silahkan lihat pada halaman tugas 3. Bila Anda mengerjakan tugas tersebut dan nilainya bagus akan dapat menaikkan nilai UAS semester ini.

Salam
Djaka W





Inisiasi 8

Hallo para peserta tuton sekalian ! tidak terasa kita sudah sampai pada inisiasi 8 yang merupakan inisiasi terakhir dari tuton ini. Berikut saya sampaikan materi inisiasi 8, silahkan dibaca dan didiskusikan.

Perawatan dan Pelestarian Bahan Pustaka

Perawatan dan pelestarian bahan pustaka bukanlah hal baru bagi sebuah perpustakaan. Hal itu telah menjadi perhatian pustakawan sejak ribuan tahun yang lalu.  Koleksi bahan pustaka perlu dirawat dan dilestarikan untuk mewariskan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkandung di dalam koleksi itu ke generasi yang akan datang. Namun demikian tugas perawatan dan pelestarian tersebut bukanlah tugas yang mudah. Sejak zaman purba pustakawan telah menemukan musuh bahan pustaka berupa cacing buku, rayap, kecoak, dan berbagai jenis kutu lainnya. Sebagai contoh, kutu buku, rayap, dan kecoak telah merusak adibuku (masterpiece) sastra Yunani dan Roma

Perawatan dan pelestarian bahan pustaka dilakukan dengan tujuan melestarikan kandungan informasi bahan pustaka.  Pada dasarnya perawatan dan pelestarian itu bisa dilakukan dengan alih bentuk menggunakan media lain, atau melestarikan bentuk aslinya selengkap mungkin. Perawatan dan pelestarian bahan pustaka meliputi kegiatan : reproduksi bahan pustaka, penjilidan dan laminasi, dan pencegahan faktor-faktor perusak koleksi. Indonesia sebagai daerah tropis memiliki berbagai musuh buku. Secara garis besar, ada tiga faktor utama penyebab kerusakan bahan pustaka, yaitu faktor fisik atau mekanis, faktor kimiawi atau iklim, dan faktor hayati. Perlu diingat bahwa mencegah itu lebih murah daripada memperbaiki yang sudah rusak.

Perawatan dan pelestarian bahan pustaka di Indonesia masih mengalami berbagai kendala, seperti kurangnya tenaga pelestarian, belum adanya lembaga pendidikan yang mengkhususkan diri pada bidang keahlian ini, dan belum jelasnya tingkat pendidikan yang dibutuhkan untuk keahlian ini.  Disamping itu banyak pimpinan serta pemegang kebijakan belum memahami pentingnya pelestarian bahan pustaka, sehingga mengakibatkan kurangnya dana, perhatian, dan fasilitas yang tersedia. Setiap kegiatan perawatan dan pelestarian bahan pustaka itu dilakukan dan disesuaikan pada suatu kondisi tertentu, tergantung pada keadaan bahan pustaka itu sendiri dan keadaan perpustakaan.


Bila Anda punya pendapat, komentar, tanggapan, atau mungkin pengalaman yang berkaitan dengan materi inisiasi di atas, silahkan tulis dan diskusikan pada forum 8.

Salam
Djaka W


Rabu, 30 Maret 2011

Tugas Tutorial Online MKDU4111 Pendidikan Kewarganegaraan

 Akar masalah terorisme atas nama agama di Indonesia
 Di Indonesia, faktor kemiskinan dan kegagalan mengelola negara menjadi faktor suburnya teroris dan terorisme. Karena itu perlu perbaikan dalam proses bernegara dan berdemokrasi. Bagi Indonesia, kunci pemberantasan terorisme terletak pada perbaikan taraf hidup masyarakat dan terlibatnya ulama-ormas Islam dalam proses deradikalisasi. Selama ini seolah negara—dalam hal ini Polri—berjuang dan menikmati ongkos bantuan asing sendiri, sehingga tidak efektif, karena hanya proses represif yang terjadi. Tindakan represif aparat yang tidak pas bisa menimbulkan simpati masyarakat pada para pelaku teroris, sehingga menimbulkan benih baru. Terorisme ini perlu segera dituntaskan, sehingga tidak menjadi dagangan elit politik dan Polri.

Peranan Media Massa
Salah satu peranan media adalah mempengaruhi sikap dan perilaku orang/public. McDevitt (1996) mengatakan, “Media cukup efektif dalam membangun kesadaran warga mengenai suatu masalah (isu).” Lindsey (1994) berpendapat, “Media memiliki peran sentral dalam menyaring informasi dan membentuk opini masyarakata.” Sedangkan para pemikir sosial seperti Louis Wirth dan Talcott Parsons menekankan pentingnya media massa sebagai alat kontrol sosial.
Dalam konteks realitasnya tindakan terorisme adalah salah satu bentuk komunikasi juga  Karena para teroris biasanya mengekspos tindakan mereka itu dengan memanfaatkan media massa. Dan ini biasanya merupakan bagian terbesar dari sebuah ulasan berita dari media itu sendiri. Dan akibatnya adalah seringkali adanya salah paham terhadap istilah media terorism dalam menangkap maksud dari teroris untuk mengkomunikasikan perbuatan dan tindakannya itu sebagai ketundukan media. Untuk menghindari kesalahpahaman itu maka kita lebih baik memahami istilah mass-mediated terrorism sebagai sentralisasi komunikasi dengan apa yang disebut mediated political violence atau mass mediated terrorism. Hal ini karena para teroris biasanya bermaksud untuk mendapat ekspos media terhadap tindakan mereka sehingga pemerintah bisa mengetahui keinginan teroris mengapa mereka melakukan teror dan menemukan sebuah realitas bahwasanya media merupakan sarana penghubung antara pemerintah dengan warga negara.
       Logika ini bisa dilihat bagaimana Timothy McVeigh dalam pengeboman Oklahoma City Building yang menewaskan ratusan korban justru memilih Gedung Federal Murrah sebagai target karena area itu mudah diakses media. Ini juga terjadi pada peristiwa pengeboman jantung kapal laut USS Cole, pengeboman WTC pada 1993, atau pengeboman kedutaan AS di Kenya dan Tanzania karena area yang mudah terekspos justru mendapat jatah pemberitaan yang signifikan di media. Atau bahkan bahkan media digunakan sebagai alat propaganda sehingga semakin menguatkan asumsi bahwa ada hubungan kuat antara komunikasi dengan media (sebagaimana diutarakan oleh Michel Wievforka). Logika ini lebih mudah dipahami saat kita membaca tulisan Thomas Friedman, yang meraih penghargaan Pulitzer Prize bahwa tokoh teroris Osama bin Laden bukanlah teroris dalam artian sebenarnya karena ia hanya menjelma menjadi apa yang kemudian disebut super empowered man yang menginspirasi banyak tindakan terorisme di dunia yang justru tidak mencari perhatian media tapi lebih pada keinginan untuk membunuh sebanyak mungkin orang2 Amerika tapi dalam Manual of the Afghan Jihad ditemui hal yang berlawanan dan dalam buku petunjuk itu justru disarankan untuk menjadikan Patung Liberty, Jam besar Big Ben atau Menara Eiffel sebagai target. Menurut Carlos Marighela ada dua pendekatan dalam memahami skema propaganda teroris dan mengatakan bahwa perang psikologis semacam itu, yang dilancarkan oleh para teroris baik langsung atau tidak telah memanfaatkan media massa sebagai bentuk komunikasi bahkan para teroris itu memiliki media massa sendiri guna mengekspos tindakan terorisme mereka. Melihat kaitan terorisme, informasi dan industri di era kekinian tentunya penguasaan akan akumulasi informasi yang paling banyak akan “memegang” peran lebih terhadap kemajuan “industri” yang dijalankannya.

Cara ketahanan nasional mengantisipasi atau mencegah terjadinya terorisme atas nama agama tertentu di bumi nusantara
Dalam mengupayakan pencegahan dan penanggulangan terorisme, Badan Intelijen Negara telah menerapkan strategi supremasi hukum, indiskriminasi, independensi, koordinasi, demokrasi, dan partisipasi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan terorisme. Melalui strategi supremasi hukum, upaya penegakan hukum dalam memerangi terorisme dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Strategi indiskriminasi yang mensyaratkan upaya pencegahan dan penanggulangan diberlakukan tanpa pandang bulu, serta tidak mengarah pada penciptaan citra negatif kepada kelompok masyarakat tertentu. Prinsip indepedensi juga dilaksanakan untuk tujuan menegakkanketertiban umum dan melindungi masyarakat tanpa terpengaruh tekanan negara asing dan kelompok tertentu. Penanggulangan terorisme dilaksanakan dengan melakukan koordinasi antara instansi terkait dan komunitas intelijen serta partisipasi aktif dari komponen masyarakat. Strategi demokrasi diterapkan dengan memberikan peluang kepada masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya dalam rangka meredam potensi gejolak radikalisme dan terorisme. Upaya penggalangan melalui pendekatan kepada tokoh masyarakat, tokoh agama moderat, dan yang cenderung radikal terus dilaksanakan, terutama untuk membentuk pola pikir yang lebih moderat dan pemahaman yang benar tentang keyakinan. Hasil operasi intelijen yang telah dicapai dalam perwujudan strategi
tersebut adalah pengungkapan jaringan pelaku terorisme lanjutan.

Solusi masalah terorisme atas nama agama tertentu di Indonesia
Pemerintah terus berupa menegakkan keadilan di masyarakat dan pemerataan pembangunan di segala bidang. Ideologi radikal mudah terbentuk dan berkembang mekar di masyarakat yang ketimpangan sosial ekonominya sangat tajam. Di samping itu, perkembangan tata ekonomi politik dunia yang cenderung pada materialime-kapitalistik, dengan motor para pemodal raksasa dari negara-negara Barat, telah membuat dis-assosiasi makin kental terutama di negara-negara dunia ketiga. Pemerintah kita juga aktif mengkampanyekan tata hubugan dunia yang makin berkeadilan.
persoalan kekerasan dalam politik dan tindakan terorisme atas nama agama tak hanya berkaitan dengan masalah pemahaman agama yang salah kaprah, tetapi juga ketimpangan ekonomi dan alienasi sosial di tengah pluralisme dunia dan negara bangsa yang cenderung materialistik. Demokrasi yang mengandaikan pluralisme pada awalnya diharapkan dapat mengatasi munculnya pandangan sempit (sebagai akar-akar radikalisme), tetapi hal itu saja jelas tidak cukup. Demokrasi, pluralisme, harus berjalan seiring dan sinergis dengan perbaikan ekonomi dan pembangunan sosial.

Senin, 28 Maret 2011

Tugas Pendidikan Kewarganegaraan

Analisis kasus:
Silakan Saudara menganalisis kasus berikut ini dari sudut pandang ketahanan nasional!
Irjen Mbai: Teror supaya Warga Konflik
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Inspektur Jenderal Ansyaad Mbai mengutarakan, tujuan utama aksi terorisme dengan menyebar bom di sejumlah daerah adalah mempermalukan pemerintah.
Pelaku teror berusaha menunjukkan kelemahan pemerintah. "Setiap kali berhasil, mereka tidak muncul lagi. Sehingga dimanfaatkan orang-orang, wah, pemerintah lemah, sehingga pada akhirnya saling tuduh," ujar Ansyaad dalam diskusi bertajuk "Setelah Bom Buku Terbitlah Isu" di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (19/3/2011).
Menurut Ansyaad, selain menunjukkan kelemahan pemerintah, peneror sengaja menimbulkan konflik horizontal antarwarga. Mereka membuat terjadinya saling tuding dan saling tuduh dalam masyarakat. "Nah, ini sudah hampir tercapai tujuan kedua," katanya.
Para peteror tersebut, lanjut Ansyaad, menggunakan media untuk menyebarluaskan pesan aksi mereka dan menimbulkan kepanikan masyarakat. Media berperan menjadi corong para pelaku teror.
"Media untuk memblow up reaksi brutal dari pemerintah," ucap Ansyaad. Oleh karena itu, kata Ansyaad, pemerintah sebaiknya tidak panik menghadapi teror pengiriman paket mencurigakan untuk personal.
Menurut Ansyaad, jika pemerintah menanggapi aksi tersebut dengan brutal dan berlebihan, lagi-lagi tujuan para pelaku teror tersebut tercapai. "Misalnya menurunkan panser, komando perang, seperti (Presiden Amerika) Bush, itu tercapai tujuan mereka," ungkapnya.
Hal senada diutarakan psikolog massa dari Universitas Padjajaran, Zainal Abidin. Menurutnya, para peteror bertujuan menimbulkan kepanikan masyarakat secara luas.
"Bahasa psikologinya, paranoid. Bukan hanya orang-orang kritis yang panik tapi juga ibu rumah tangga, kasus lain ibu menteri panik ketika di pesawatnya ada bungkusan hitam," kata Zainal.
Kemudian, media massa turut membantu kesuksesan tujuan para pelaku teror tersebut. "Di bagian depan koran misalnya, selalu ditampilkan sehingga masyarakat cemas seolah sekarang arah-arahnya bukan hanya pada aktivis A, yang dicurigai Yahudi, tapi juga masyarakat luas," ujarnya.
(sumber diunduh dari http://nasional.kompas.com/read/2011/03/19/10351660, pada hari Senin 28 Maret 2011 pkl. 11.04 WIB)
Petunjuk Tugas I:
Jawablah pertanyaan-pertanyaan tugas I dibawah ini dalam bentuk makalah dengan ketentuan pembuatan makalah tugas I.
Pertanyaan :
1. Apa akar masalah terorisme atas nama agama di Indonesia?
2. Apa dan bagaimana peran media masa terhadap terorisme?
3. Apa dan bagaimana cara ketahanan nasional mengantisipasi atau mencegah terjadinya terorisme atas nama agama tertentu di bumi nusantara?
4. Apa solusi masalah terorisme atas nama agama tertentu di Indonesia?
Sistematika Tugas:
Tugas dikerjakan dengan sistematika penulisan jawaban analisis kasus, antara lain:
1. spasi 1,5
2. jenis tulisan Arial font 10
3. minimal halaman jawaban 1,5 halaman dan maksimal 3 halaman.
4. menggunakan referensi ilmiah untuk mendukung jawaban analisis kasus Saudara, khususnya referensi/ sumber pustaka MKDU4111. 
Selamat mengerjakan!
Salam, tutor.

Available from:Rabu, 30 Maret 2011, 15:25
Tanggal penyelesaian:Sabtu, 16 April 2011, 15:25

Selasa, 22 Maret 2011

Bahasa Indonesia (2)

Inisiasi 2
HUBUNGAN ANTARKETERAMPILAN BERBAHASA

Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekatan menggunakan bahasa dalam komunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak dan berbicara (lisan) serta membaca dan menulis (tulis) memiliki keterkaitan yang sangat erat. Satu keterampilan akan mendukung keterampilan yang lainnya.
Hubungan antarragam bahasa (ragam lisan atau ragam tulis) lebih erat dibandingkan hubungan keterampilan antarsifat (reseptif atau produktif). Contohnya menyimak dengan berbicara lebih erat dibandingkan hubungan menyimak dengan membaca atau menulis. Hubungan keterampilan pada ragam yang sama dapat disebut hubungan langsung, sedangkan hubungan keterampilan pada sifat yang berbeda hubungannya adalah tidak langsung. Perhatikan tabel berikut ini.

Tabel 1.
Hubungan Keterampilan Berbahasa

Keterampilan Berbahasa
Sifat
Lisan
Tulis
Menyimak
Membaca
Reseptif

Berbicara

Menulis


Produktif


Melalui tabel tersebut kita dapat mengkaji hubungan antarketerampilan berbahasa. Pada ragam lisan, yaitu menyimak dan berbicara berada pada ruang yang sama. Dalam kegiatan berbahasa lisan secara tatap muka, penyimak dan pembicara dapat bertukar atau berganti peran. Penyimak bertukar peran menjadi pembicara dan sebaliknya, pembicara menjadi penyimak. Pergantian peran ini biasanya terjadi pada kegiatan tanya jawab, saling memberi masukan atau interaktif.
Pengetahuan yang diperoleh seseorang melalui menyimak dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuannya berbicara. Dengan kata lain, untuk dapat menjadi pembicara yang baik, orang harus memiliki keterampilan menyimak yang baik. Demikian pula pengetahuan seseorang yang diperoleh melalui membaca dapat digunakan untuk memperoleh atau meningkatkan keterampilan menulis. Artinya, untuk dapat menjadi penulis yang baik, orang harus memiliki keterampilan membaca yang baik.


Inisiasi 3
Hakikat Menyimak

Mendengar dan menyimak memiliki arti yang berbeda. Mendengar memiliki arti dapat menangkap suara. Menyimak memiliki arti suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

Strategi menyimak

1. Membedakan fonem dalam konteks
Kata dari dan tari adalah kata yang berbeda, dibedakan dengan adanya huruf /d/ dan /t/. Dalam pendengaran sekilas tampak hampir sama, namun jika disimak dengan seksama ada perbedaan. Jadi dalam menyimak harus lebih diperhatikan setiap fonem dalam konteks

2. Berlatih menangkap maksud tuturan dari sebuah kalimat
Kita kadang salah mengertikan maksud pembicaraan seseorang, misal ada yang berbicara, ” Kucing makan tikus mati di dapur.” Mungkin tafsiran orang-orang akan berbeda. Ada yang mengira yang mati adalah kucing, ada yang menyangka yang mati adalah tikus. Jika kita tidak memperhatikan intonasi kalimat (panjang-pendek, tekanan, dan nada kalimat), kemungkinan salah tafsir itu ada.

3. Menentukan kesalahan pengucapan sebuah kata
Umumnya kesalahan pengucapan terletak pada kata yang berhomofon atau homograf seperti bank dengan bang, apel buah dengan apel upacara, dll.

4. Menangkap isi sebuah percakapan
Untuk mampu menangkap isi sebuah percakapan dibutuhkan konsentrasi yang baik.

5. Menangkap isi sebuah wacana ilmiah dan nonilmiah
Menyimak wacana baik ilmiah dan nonilmiah lebih difokuskan pada ide atau gagasan yang dinilai penting bagi penyimaknya. Konsentrasi sudah pasti diperlukan.





Inisiasi 4
KARYA ILMIAH POPULER

A. Pengertian Karya Ilmiah Populer.
Jones (1960) mengatakan karya ilmiah populer ditujukan untuk masyarakat umum, sedangkan karya ilmiah ditujukan untuk profesional. Slamet Suseno (1980) memberikan batasan tulisan ilmiah populer sebagai sebuah tulisan yang bersifat ilmiah, tetapi sekaligus ditulis dengan cara penuturan yang mudah dimengerti.

B. Macam-macam Karya Ilmiah.
Macam-macam karya ilmiah yaitu; 1) Laporan praktikum atau laporan buku, 2) Kertas Kerja/Makalah, 3) Skripsi, 4) Tesis, 5) Disertasi, dan 6) Textbook

C. Ciri Karya Ilmiah Populer.
Ciri-ciri karya ilmiah populer adalah berisi fakta empiris yang sudah teruji dan dapat diuji kebenarannya, tidak subjektif, tidak mengandung unsur spekulatif dan bersifat sensasional, memperlihatkan kerja nalar dan bersifat analitis, mampu menjelaskan 'mengapa' dan 'bagaimana' sesuatu yang disajikan itu terjadi, serta bahasan tidak menyimpang atau melebar dari pokok/tema tulisan.

D. Bentuk Tulisan Ilmiah Populer
Bentuk tulisan ilmiah populer yaitu; 1) Deskriptif-naratif. Bersifat ringan, tidak membutuhkan rasa penasaran pembaca. Dinikmati secara rileks. Contoh: tulisan di koran, majalah wanita, majalah keterampilan. 2) Deskriptif-ekspositoris. Menyuguhkan kupasan tulisan yang lebih mendalam. Contoh: riwayat penemuan atau sejarah terjadinya sesuatu secara historis, atau proses pembentukan sesuatu. Berisi juga tentang penjelasan yang berkenaan dengan Mengapa dan Bagaimana. Banyak ditemukan pada majalah Intisari, Tempo, Trubus. 3) Deskriptif-argumentatif. Menyuguhkan masalah yang diikuti dengan cara pemecahan masalahnya. Contoh: Jurnal Penelitian.



Inisiasi 5
Berbagi Pengalaman Membaca Teks

Kemampuan membaca tiap orang tidaklah sama. Ada yang sanggup membaca tiga halaman teks dalam waktu lima menit, tetapi ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama dari itu untuk menggapai halaman ketiga teks yang dibacanya. Meskipun demikian, hal penting yang dapat kita petik adalah kemampuan orang tersebut ketika ia dituntut untuk mengungkapkan materi yang telah dibacanya, baik secara verbal maupun tertulis. Di sinilah sikap ekspresif kita diuji. Sebagai contoh mudah, biasakanlah membaca artikel tertentu di koran atau features, dan kemudian ceritakanlah kembali isi artikel atau featrues itu kepada teman Anda. Adakah bagian tertentu yang belum diceritakan atau bahkan terlupa?
Bagaimana cara mengatasi hal tersebut, agar Anda terhindar dari aspek lupa atau 'meninggalkan' informasi? Saya pribadi pernah mencobanya, dan hingga saat ini pun terus mencoba, yaitu dengan membiasakan diri membaca artikel atau features dari media cetak kapanpun saya mau. Jenuh? Ya, itu pasti. Tetapi saya membutuhkan hal itu untuk mengasah kemampuan verbal dan memori taktis saya.

Oleh karena itu, perlu teman-teman pahami bahwa paparan pengalaman pribadi saya tersebut bukanlah untuk menunjukkan apa yang telah saya perbuat. Namun semata-mata hanya untuk memacu semangat teman-teman agar lebih giat dan teliti dalam mencermati fenomena yang terjadi di sekitar kita. Bagaimana teman, apakah Anda memiliki kiat khusus untuk membangkitkan dan mendorong daya serap dan ingat memori Anda? Ayo curahkan pengalaman Anda dalam forum ini, dan kita berbagi untuk saling melengkapi.

Jangan lupa, kirimkah ke forum tutorial online ini ya, dan saya sarankan untuk tidak mengirimkannya melalui email supaya teman yang lain dapat mengomentari argumentasi Saudara. Oke?

Selamat belajar dan semoga sukses.





Inisiasi 6
Saudara mahasiswa, dalam pertemuan maya kali ini, saya akan menyampaikan ulasan mengenai hakikat berbicara. Berbicara merupakan salah satu aktivitas komunikatif yang dilakukan untuk tujuan tertentu.Ucapan yang disampaikan oleh seseorang dan (memang) bermakna, disebut sebagai aktivitas bicara. Lain halnya, apabila seseorang mengujarkan sesuatu namun tidak memiliki makna tertentu.

Dalam kenyataannya, aktivitas berbicara mengusung beberapa hal utama, seperti hal yang menyatakan bahwa berbicara merupakan ekspresi diri. Artinya, dengan mengujarkan sesuatu, seseorang akan dapat diketahui isi hatinya. Mungkin saat ini ia sedang marah, sedih, riang, atau bahkan tidak jujur. Ada juga pendapat yang menyatakan  bahwa berbicara merupakan aspek kemampuan mental motorik. Artinya, dalam mengujarkan sesuatu, seseorang terkadang membutuhkan kemampuan pengolahan keterampilan mental agar aktivitas berbicaranya semakin memiliki makna yang kuat.

Selain itu, berbicara juga merupakan peristiwa yang terjadi akibat adanya kesempatan dalam satu ruang dan waktu tertentu. Artinya, seseorang akan mengujarkan sesuatu apabila ada hal tertentu yang membutuhkan ujarannya. Terakhir, berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang sifatnya produktif. Artinya, dengan berbicara, seseorang akan dapat menyampaikan ide, gagasan, atau pendapatnya. Tiga hal itulah yang disebut sebagai aspek produktif aktivitas berbicara.

Dari paparan itu, dapatkah Anda memberikan argumentasi mengenai fenomena yang saya ajukan berikut ini? Apabila di sekitar Anda ada seorang anak yang berusia kurang dari satu tahun dan pada tahap tersebut ia masih belajar mengucapkan sesuatu, apakah ia sudah dapat disebut sebagai insan yang sedang mengujarkan sesuatu? Silakan Anda paparkan argumentasi Anda melalui media ini.

Selamat belajar dan semoga sukses.





INISIASI 7
Hakikat Menulis

Menulis merupakan kegiatan penuangan ide dan gagasan seseorang ke dalam media tulisan. Setiap orang memiliki tujuan yang berbeda dalam menulis, misalnya untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan atau bahkan untuk mempengaruhi pembaca. 

Seorang penulis pasti berharap agar tulisannya dapat dipahami oleh pembaca sejelas maksud yang terkandung dalam pikirannya. Oleh karena itu, penggunaan kalimat efektif menjadi bagian yang sangat penting dalam menuangkan gagasan. Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan informasi kepada pembaca sejelas dan seakurat pikiran atau gagasan penulisnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menyusun kalimat efektif adalah kesepadanan dan kesatuan, kesejajaran bentuk, penekanan, kehematan, dan kevariasian dalam struktur kalimat.

Penulis menuangkan setiap ide dan gagasan dalam sebuah paragraf. Setiap paragraf mengandung satu gagasan utama dan satu atau lebih gagasan penjelas. Paragraf yang baik memenuhi tiga persayaratan, yaitu 1) kepaduan (kohesi), berkaitan dengan keutuhan isi gagasannya. 2) Koherensi, berkaitan dengan kepaduan jalinan kalimat-kalimatnya. 3) kelengkapan, berkaitan dengan keutuhan dan kelengkapan informasinya.





Inisiasi 8
Saudara mahasiswa, di minggu ke delapan ini saya sampaikan materi mengenai menulis ringkasan dan resensi. Ringkasan merupakan sebuah bangun wacana yang memaparkan hal-hal penting dari sebuah fenomena. Ringkasan, salah satunya, dapat disusun dalam bentuk tertulis. Melalui ringkasan, seseorang dapat mengetahui intisari sebuah fenomena. Atau dapat juga dikatakan bahwa ringkasan merupakan salah satu wujud atau bentuk penyingkatan suatu informasi dengan hanya menyajikan informasi atau butir-butir penting. (Mulyati, Yeti. 2009). Namun ada juga yang menyatakan bahwa sinopsis dan abstrak merupakan bagian atau salah satu bentuk ringkasan. Apakah Anda sependapat dengan pernyataan tersebut? Untuk itu, sampaikan argumentasi Saudara melalui forum diskusi 8.

Selamat belajar dan berdikusi.